Tempat berbagi Cerita & Foto Sex, Dewasa, ABG, HOT, Tips Bercinta : Cerita Dewsasa Ngintip Sepasang Pengantin Baru. Waktu yang menunjukan pukul 3 sore itu aku iseng memanjat tambok pemabtas kamarku, tak terduga aku disuguhkan oleh dua sepasang yang sedang bermadu kasih, kemarin habis nikah jadinya pengantin baru, aku intip dari ventilasi terlihat mas Doni dan Mba Melda yang sedang asyik tiduran mengenakan pakain dalam dan singletnya.



Aku pantau terus kapan nih mulainya adegan ngentotnya, sambil tak sabar aku menantinya, terlihat meraka saling berpelukan wajah mbak Melda darikejauhan meringis dan tangan mas Doni meremas payudaranya.

Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Doni membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Melda, menyuruh Mbak Melda memegang penis Mas Doni. Mbak Melda kelihatannya menurut dan me-masukkan tangannya ke dalam celana Mas Doni, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Melda menolak.

Yaaa..... itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke desahku dalam hati kecewa.

Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Doni tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Melda. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya mengentot tampaknya akan terpenuhi.

Tak lama, Mas Doni melepas pelukannya dan Mbak Meldapun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Melda hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.

Kemudian mendadak Mas Doni mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.

Kecil sekali, dibandingkan punyaku, kataku dalam hati melihat penis Mas Doni.

Mas Donipun langsung meng-himpit Mbak Melda, tampaknya Mas Doni akan mempenetrasi Mbak Melda. Kulihat Mbak Melda memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha.

Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Doni memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Melda yang tertutup bulu jembut. Setelah penis Mas Doni masuk keseluruhannya ke dalam pepek Mbak Melda, Mas Doni langsung memeluk Mbak Melda sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.

Aku sedikit keheranan kenapa Mas Doni tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Doni hanya diam memeluk Mbak Melda.

Waaah.....ini pasti karena Mas Doni nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Doni.

Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan tumpangsari pada Mbak Melda.

Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Melda tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Doni menyusulnya. Aku me-nangkap kekecewaan di muka Mbak Melda, meski Mbak Melda berusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Doni.

Peristiwa observasi awal hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Melda dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Melda !

Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Doni itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Melda. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.

Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,

Hai Bud, apa kabar ? tanya Toni sambil menjabat tanganku.

Baik jawabku sambil ter-senyum.

Silahkan duduk

Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,

Ton, aku butuh bantuanmu

Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?

Aku butuh pekerjaan

Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?

Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain

Hm memangnya untuk siapa ?

Untuk temanku, Mas Doni, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya.

Aneh...tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa

Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali

Oke, baik kalau gitu

Tapi...nanti jadwal wawanca-ranya aku yang tentuin

Terserah kamu

Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.

Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang.

Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Melda itu.
Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Doni di tempat cuci, tampak Mas Doni sedang menyuci bajunya.

Mas.......saya ingin bicara se-bentar kataku mulai membuka percakapan.

Mas Donipun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.

Ada apa Bud ?

Begini.......saya dengar Mas Doni mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.

Lama Mas Doni kulihat terdiam, merenung, lalu

Hmmm....saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!

Ya Mas kataku dengan senyuman.

Dalam hatiku, aku berpikir Habislah sudah kesempatanku !

Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Doni berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja Mas Doni tiba-tiba permisi.

Eee....nggak..nggak koq Mas, saya sudah bangun nih kataku berusaha mencegah Mas Doni pergi.
Gangguin tidur kamu nggak ?

Ndak...ndak kok, masuk aja kataku mempersilahkan.

Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,

Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ? Mas Doni bertanya.
Ooo...itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya DHL, nggak jauh kok
Syaratnya gimana ?

Saya kurang tau juga tuh, Mas Doni pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi Wah...kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja Mas Doni sepertinya keberatan. Enggak....nggak... koq, perusa-haannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu kataku meya-kinkan Mas Doni.

Hmmm...baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?

Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja kataku me-nyarankan.

Mas Doni hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.

Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Doni pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.

Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,

Assalamualaikum aku mem-beri salam.

Waalaikumussalam terdengar jawaban Mas Doni dari dalam kamarnya.

Lama baru pintu dibuka, dan Mas Doni mempersilahkanku un-tuk masuk. Kulihat di dalam ka-marnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Melda tampak cantik sekali.

Bagaimana Mas, tadi ? ta-nyaku

Oh...nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara

Alhamdulillah, tak doain supa-ya berhasil

Terima kasih

Setelah berbasa - basi cukup lama, akupun permisi.

Eehh...nanti dulu, kamu khan belum minum Mas Doni berusaha mencegahku.

Ayo Melda buatkan air minumnya dong perintah Mas Doni me-nyuruh istrinya, Mbak Melda.

Aku menolak dengan halus,

Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, ada urusan

Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya

Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Melda tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku akan bersarang dan me-nemukan pasangannya.

Hari ini rabu, Mas Doni sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Melda sendirian di kamarnya. Ren-cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.

Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,
Assalamualaikum aku mem-beri salam.

Lama baru terdengar jawaban,

Waalaikumussalam jawaban Mbak Melda dari dalam kamar itu.

Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Melda melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,

Ada apa ya ? tanyanya.

Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.

Oh, baiklah kata Mbak Melda sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
Eee...tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Doni kataku mengarang alasan.

Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Melda mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer. Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.

Mbak pingin nonton ? tanyaku sambil melihat Mbak Melda yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.

Film apa sih ? tanya Mbak Melda kepadaku.

Pokoknya bagus jawabku sambil kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Melda , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.

Mbak Melda hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mum-pung filmnya belum masuk ke bagian intinya.

Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Melda.

Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Melda menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.

Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Melda masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Melda menyukainya. Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Melda pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

Hhh.....hhhh....oohhh.....oohhhsuara Mbak Melda mendesahdesah , tampaknya merasakan kenikmatan.

Aku kaget,

Wah....hebat....dia masturbasi kataku dalam hati.

Ingin aku masuk ke kamar Mbak Melda, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.

Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.

Film di komputer itu terus berjalan...... hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Melda kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Melda ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.

Akkkhhhhhhh......... Mbak Melda terpekik pelan menandai orgasmenya.

Sesaat setelah orgasme Mbak Melda yang kelima akupun ejakulasi.

Oooorghhhh......... suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.

Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Doni dan bisa memuaskan Mbak Melda nan-tinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.

Kemudian Mbak Melda sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.
Setelah siang hari, Mas Doni baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkem-bangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau - kalau Mbak Melda ngomong macam - macam soal Vcd itu, bisa berabe aku !

Tetapi lama.....kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku me-ngintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah.

Begitu aku mulai mengintip, aku kaget ! Karena kulihat Mbak Melda dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Doni, mereka bersetubuh ! Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Melda kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Melda seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.

Ah...Mas Doni nggak pandai merangsang sih, pikirku.

Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, mem-buat Mbak Melda tidak bisa lagi men-capai orgasme dengan Mas Doni. Prediksiku, Mbak Melda akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesem-patanku.

Kamis, pukul 08.00. Aku bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya, karena hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin aku telah meng-intip Mbak Melda dan Mas Doni seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya dua kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mbak Melda tidak bisa orgasme.

Malam kemarin aku juga sudah bersiap-siap dengan minum se-gelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermaku.

Pagi itu, setelah aku mandi, aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Melda yang sedang sendirian.

Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,

Assalamualaikum aku mem-beri salam.

Waalaikumussalam suara lem-but Mbak Melda menyahut dari dalam kamar.

Mbak Meldapun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.

Oh ya, saya lupa membe-ritahukan cara menghidupkan Vcd kemarin kataku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mbak Melda menjadi sangat serius,

Kamu kurang ajar ya, masa ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak kata Mbak Melda sedikit keras.
Aku kaget, ternyata ia marah, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,

Oh maaf Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, maaf kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi.

Mbak Melda masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.
Mbak Melda kaget, melihatku mengikuti langkahnya,

Eeeh...kamu kok ikut masuk juga ?!

Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,

Alaa....Mbak jangan munafiklah, tokh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala.

Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak bentak Mbak Melda.
Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Doni khan kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.
Mbak Melda terkejut,

Kamu.....

Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,

Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Melda, saya jamin Mbak Melda bisa orgasme bila main dengan saya Kurang ajar ! Keluar kamu !

Eeee....tidak segampang itu, ayolah Mbak Melda jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya ke-sempatan, bila Mbak Melda tidak me-makai saya, seumur-umur Mbak Melda nggak akan pernah mencapai orgasme lagi aku mulai meng-hasutnya.

Mbak Melda terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi...

Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !

Aku gemetar, tapi tetap ber-usaha,

Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi ! kataku sedikit tegas.

Lama kulihat Mbak Melda terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah...

Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak ! kataku sambil beranjak pergi.

Tetapi kulihat Mbak Melda hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Melda, kulihat ia menangis,

Mbak....jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku. Lalu pelan-pelan kupegang pun-dak Mbak Melda dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ter-nyata Mbak Melda hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.

Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.

Akhhh.....akhhh.......ahhhhhh desahan Mbak Melda mengiringi setiap tusukan jemariku.
Aku ingin membuatnya terang-sang dan mencapai orgasme.

Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Melda dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Melda yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya.

Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,

Elmm.....mmmm.......emmmm dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali,

Akhh....ooohhhh......aaahhhhh suara Mbak Melda mendesah kuat tanda terangsang.
Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Melda dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.

Perlahan kubimbing Mbak Melda mencapai puncaknya, hingga akhirnya......
Aaaaaaakkkhhhhhh............ pekikan pelan Mbak Melda mengiringi orgasmenya.
Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Melda yang orgasme.

Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme.
Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Melda mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat.

Ahhh....ahhhh....yaah.....yaahh suara Mbak Melda mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Melda, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Melda, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Melda yang indah membukit.

Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Melda bergantian, Slurrpp....slrrrrpp.....slluuurpp aku menghisap puting Mbak Melda, sementara desahan Mbak Melda terdengar halus di telingaku, Akhh....teruuss.....teruuusss Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Melda, dan vagina itu semakin becek, Crrtt.....crrtt......slrrpp

Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Melda yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Melda sedikit kaget, Ohhh....oomlmmm...elmmmm Mbak Melda tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat.

lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari. Aku memang berusaha mem-bimbing Mbak Melda agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa me-masukkan penisku, mempenetrasi vaginanya.

Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Doni yang biasa masuk. Sambil mencium dan merang-sang pepek Mbak Melda, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melem-parkannya ke lantai.

Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras. Lama akhirnya Mbak Melda mencapai orgasmenya yang kedua kali, Ooorrggghhhhh........... Mbak Melda mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.

Aaaaaahhhhh............ suara Mbak Melda terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum. Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Melda dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan men-jadi semakin cepat.

Bunyi becekpun mulai terdengar, Sllrrttt...cccrrttt....ccrrplpp suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku. Akhhh....yaaahh...terus... suara desahan Mbak Melda keenakan.

Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya ku-sandarkan di pundakku, pinggul Mbak Melda sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku ber-ulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Melda yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.

Ahhh.....ahhh....aaahhh Ohhh......ohhhh........hhhh Suara desahanku dan Mbak Melda terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah. Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Melda, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.

Tanganku memegang pinggul Mbak Melda, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang ber-senggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua.

Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian. Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama..... Oooohhhhhhh................. lenguhan panjang Mbak Melda menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi.

Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Melda dan Mbak Melda juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.

Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Melda ternyata menangis ! Kenapa Mbak Melda ? saya me-nyakiti Mbak ya ?! tanyaku lembut penuh sesal. Masih terisak, Mbak Melda menjawab, Ah.....nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan aku baringkan Mbak Melda.

Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali. Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Melda ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian, Ahhh.....ahhh....aaahhh Ohhh......ohhhh........hhhh

Terus....lama, hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak. Aku ingin melakukannya ber-sama dengan Mbak Melda. Untuk itu aku memeluk Mbak Melda, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan.

Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Melda kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat. Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Melda, Tahan......tahan.........Mbak, kita lakukan bersama-sama ya Ohhh...ohhh....ohhhh.....aku su-dah tak tahan lagi desah Mbak Melda.

Kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya. Pelan.....pelan saja Mbak, kita lakukan serentak kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku. Akhirnya yang kuinginkan ter-jadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras.

Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat. Akhhh....ooohhh....ohhh suara Mbak Melda mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.

Lepaskan.....lepaskan......Mbak, sekarang ! suaraku mengiringi de-sahan Mbak Melda, Mbak Melda menuruti saranku, diapun akhirnya mele-paskan orgasmenya,

Aaaakkhhhhh.........Ooorggghhhhh......... suara be-rat menandakan ejakulasiku, meng-iringi orgasme Mbak Melda. Erat ku-peluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan. Setelah permainan itu, dalam keadaan bugil aku tiduran ter-lentang di samping Mbak Melda yang juga telanjang.

Mbak Melda me-melukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku, Terima kasih Bud Mbak Melda kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih.

Aku sedih dan me-nyesal melakukan ini dengan Mbak Melda, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain de-ngan diriku, ini berarti aku me-nyengsarakan Mbak Melda. Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya itu dan kubelai serta kuusap pelan.

Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Melda nantinya karena membuat dia tergantung padaku, padahal ternyata aku mulai mencintainya !

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top